Sahabat Kok Cinta? Part 1

Aku ingat waktu dulu.

Kita masih bermain bersama, tersenyum bersama, tertawa bersama, menangis bersama, tidur pun bersama bahkan waktu kecil dulu aku pernah mandi bersamamu.

Aku ingat saat aku terlalu lama bermain di rumahmu ibuku menelfon ibumu dengan kekhawatiran yang menyelimutinya. Aku rindu masa-masa ibuku yang masih mengkhawatirkanku,. Lalu semua berubah saat aku mengetahui aku hanyalah anak adopsinya. Anak angkatnya. 

Aku menahan tangisanku, bodohnya aku mengira anak kandungnya. Tetapi ada seseorang yang bisa menghentikan tangisanku, ada seseorang yang selalu menyemangatiku, ada seseorang yang bisa membangkitkan senyumku pada hari itu.

Sahabatku, tetanggaku. Saat itu aku kabur dari rumah, meninggalkan orangtuaku disana. Aku pergi dari rumahku ke samping rumahku. Bodoh? Tidak, aku tidak bodoh. Di samping rumahku itu rumah sahabatku. Aku hanya menumpang di rumahnya, meredakan stressku. Aku iri saat melihatnya berbicara kepada orangtuanya dengan senang di hatinya. Aku? berkomunikasi dengan orangtua angkatkupun jarang. Dan aku tidak tahu, tiba-tiba ia bilang kepadaku

"Hey, anggaplah orangtuaku sebagai orangtuamu. Orangtuaku juga berarti orangtuamu. Dan anggaplah keluargaku sebagai keluargamu. Kalau kau ingin sesuatu katakanlah, kami tidak akan repot." 

Dan saat itu aku berfikir 'Apa aku berbicara sesuatu? aku percaya tadi aku berbicara itu di dalam hati. Apa dia bisa mendengar kata-kata didalam hatiku? Apa dia bisa mendengarkanku sekarang?' Begitulhah pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di otakku. Sumpah! dia peka sekali.

Dulu ada selembar kertas yang tertulis disana 'Idolamu', tanpa berfikir panjang aku segera menulis di selembar kertas itu dengan perlahan-lahan. Ibu guru bertanya padaku apa yangku tulis disitu dan aku menjawab "Sahabatku, idolaku sahabatku. Ia sangat tahu apa yangku inginkan dan ia sangat baik padaku. Ia adalah lelaki yang asyik, tidak pernah mengecewakanku. Itulah yang membuatku ingin mengidolakannya."

Aku ingat sekali aku bilang seperti itu dengan lantang sekali. Aku sangat mengidolakannya dulu. Aku sama sekali masih polos dan masih tidak tau yang namanya 'suka dan cinta'. Tetapi sekarang semua berbeda.

Di kelas 10 ini, Lai Guanlin tetap menjadi sahabatku, mungkin. Ia masih mengantarku ke sekolah menggunakan motornya walaupun aku menolaknya. Kami satu sekolah. Sekarang aku tinggal sendirian di rumahku. Orangtuaku pergi keluar negeri dan meninggalkanku di rumah itu. Tapi itu cukup membuatku bahagia.

Ah, Lai Guanlinlah yang memperkenalkanku kepada teman-temannya, membantuku untuk memiliki teman banyak di sekolah yang asing ini. Lai Guanlinlah yang membantuku selama ini. Aku tidak sadar umurku sudah 16 tahun, tubuhku bertambah besar dan umurku semakin berkurang. Dan entah kenapa ada sesuatu yang berbeda. Ada sesuatu yang berubah saat aku berada di dekatnya.

Jantungku berdetak sangat cepat jika ia mendekat denganku. Itu tidak mungkin aku menyukainyakan? aku tidak percaya itu. Aku menyukai sahabatku? tidak mungkin.

Pipiku memerah saat badannya dekat dengan badanku, bahkan jantungku hampir copot saat ia menggandengku. Padahal ia selalu melakukan hal itu, menggandeng tanganku, mengikat tali sepatuku, bermain seperti anak kecil denganku. Tapi hari ini aku seperti baru pertama kali melakukan hal dengannya. Jantungku sangat berdebar-debar saat aku didekatnya. Apa benar aku menyukainya? Apa benar aku jatuh cinta dengannya?

Sekarang kita sudah melewati semester 1 di sekolah kita. Kita ingin merayakannya dengan teman-teman. Kita makan bersama di mall. Rasanya seperti sedang makan malam dengan keluarga besar. Jarang sekali aku merasakan ini, mungkin ini adalah hal yang langka bagiku, berkumpul bersama teman-teman dimall bagiku itu langka. Kampung? Tidak, itu karena aku terbiasa hanya jalan-jalan dengan satu orang, Guanlin.

Rasa suka ini semakin besar. Lucu sekali saat melihatmu memakai bando kelinci. Entah kenapa senang padahal hal sepele. Hari itu adalah hari yang menyenangkan. Sampai tiba-tiba Guanlin menabrak seseorang yang membuat barang-barang di tangan seseorang itu jatuh. Guanlin segera ikut membantunya dan tidak disengaja mereka eye contact. 'Cantik' itu yangku dengar dari mulutnya.

Sedikit rasa perih di hatiku. Tapi aku berusaha menyembunyikannya. Saat itu aku tiak yakin dengan perasaanku. Kalau aku menyukainya kenapa tidak menembaknya? Tidak, aku tidak mau. Aku tidak yakin dengan perasaannya kepadaku, kalau aku menembaknya apa dia menerimanya? Tidak mungkin. Begitulah kata hatiku.

Entah kenapa aku tidak percaya ia menyukaiku. Aku berfikir ia hanya melihatku sebagai sahabatnya. Aku ingin melebihkan status persahabatan kita. Ingin sekali. Tetapi aku selalu berfikir itu tidak akan terjadi.

Dua minggu kemudian Guanlin bahagia sekali. Ia menceritakan itu kepada teman-temannya, kecuali aku. Aku belum tahu apa-apa dan aku mencoba mengetahuinya. Aku bertanya kepada temanku dan ia agak ragu-ragu menjawabnya. Kang Daniel. 

"Ada apa? Guanlin sangat bahagia hari ini."

"Hera, Guanlin ingin membagikan peje. Kau tahu peje? Pajak jadian. Guanlin ingin meneraktir kita, kau mau ikut?"

"P-peje? Gu-Guanlin pacaran?"

Part 1. Done.

Cerita: Wattpad Bully Lain Guanlin

Comments